Toha Nasr

Editor | Penulis | Buku | Kopi

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Pramoedya Ananta Toer

Sistem Pendidikan Kita Buruk, Tapi Kita Bisa Memperbaikinya


"Ada dua kesamaan antara Steve Job, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg," kata Hashem Alghaili mengawali pemaparannya tentang pentingnya mengubah wajah pendidikan di acara TEDx Zagreb.
"Pertama, mereka adalah pendiri perusahaan raksasa di bidang teknologi, kedua mereka semua tak lulus kuliah."

Menurut Alghaili, ada empat masalah utama pada sistem pendidikan.
Pertama, Sistem pendidikan yang ada tak mampu memuaskan rasa ingin tahu siswa, juga gagap memenuhi kebutuhan setiap siswa. Steve Job, Bill Gates, dan Mark adalah contoh kegagalan itu hingga mereka memilih hengkang dari ruang kelas.

Kedua, Buku teks. Hashem menyebut buku teks pelajaran tak mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang kini terus berlari. Siswa terus dijejali oleh pengetahuan yang sebenarnya sudah out of date. Basi.
"Seberapa sering buku teks direvisi? Tiga tahun? Lima tahun? Padahal setiap hari pengetahuan baru lahir dan tak terakomodasi di buku pelajaran."

Ketiga, Sistem kelas. Sistem kelas sudah ada sejak pendidikan mulai diformalkan, ratusan tahun lalu, hingga kini tak berubah, siswa terkungkung oleh dinding bernama kelas. Pengelompokan bernama kelas ini tidak berdasarkan pada kesamaan minat, tapi dilakukan secara random. Tak hanya itu, sistem kelas tak memungkinkan siswa untuk menempati tingkatan sesuai kemampuannya. Ia harus melewati semua jenjang. Siswa tak bisa melompat dari kelas 3 ke kelas 5 misalnya, meski secara kognitif ia mampu. Tingkatan kelas tidak mencerminkan tingkat intelegensi.

Keempat, Sistem ujian. Ujian yang terstandardisasi menuntut semua siswa lulus dengan angka-angka yang telah ditentukan, akibatnya siswa tidak lagi berfokus pada pengetahuan yang harus ia kuasai. Sistem Ujian akhirnya mengubah siswa menjadi pencari nilai. Nilai yang kadang bisa dimanipulasi. Nilai tertulis yang tak ada gunanya di kehidupan nyata.

Hashem menyebut ada solusi dari keempat masalah tersebut.
Pertama, Memanfaatkan Teknologi secara optimal (Technologi Based). Kedua, Pendidikan berbasis minat individu (personalized education). Pendidikan sudah saatnya memberi ruang lebih besar pada teknologi. Penggunaan Machinery Learning, Augmented Reality, Virtual Reality, serta Artificial Intelegence(AI).

Penggunaan AI memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, penyediaan materi penunjang juga dapat disesuaikan berdasar keinginan dan tingkat penguasaan materi. Mesin belajar menjadi semacam asisten yang menyediakan segala kebutuhan siswa dalam proses belajar.
Augmented Reality dan Virtual Reality menjadikan proses belajar jadi lebih interaktif, menarik, dan menyenangkan.

Tak hanya membahas tentang bobroknya sistem pendidikan, Hashem Alghaili juga mengungkap fakta menarik, dalam polling yang dilakukannya di media sosial 95% persen followernya berpendapat bahwa sistem pendidikan negara mereka buruk. Artinya revolusi sistem pendidikan diperlukan oleh banyak negara, tak hanya di Indonesia.

Tapi, mengeluh tak menyelesaikan masalah, kita butuh solusi nyata.
Hashem menawarkan pendekatan teknologi, yang jika diterapkan bisa mengubah wajah pendidikan secara besar-besaran.

Disarikan dari pertemuan TEDx kota Zagreb oleh Hashem Alghaili, videonya bisa disaksikan di website ted.com.
Labels: Opini, Pendidikan

Thanks for reading Sistem Pendidikan Kita Buruk, Tapi Kita Bisa Memperbaikinya. Please share...!

0 Comment for "Sistem Pendidikan Kita Buruk, Tapi Kita Bisa Memperbaikinya"

Back To Top