“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer
Siang terasa terik, panas matahari terasa perih membakar kulit, beberapa
anak terlihat berjejer di depan sebuah kelas, menghadap ke tiang
bendera. Sesekali mereka mengusap keringat yang mengucur membasahi
wajah. "Anak-anak malas, selalu ada alasan tak mengerjakan PR"
kata seorang rekan yang baru saja keluar dari kelas yang ada dibelakang
anak-anak malang tadi.
***
Adegan film Taare Zameen Par
Bagaimana seharusnya seorang guru memberikan hukuman? Guru, sudah sewajarnya paham akan pentingnya motivasi belajar dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru sebagai fasilitator proses belajar mengajar amat perlu
mempertahankan semangat belajar siswa. Terbukti siswa hanya akan giat
belajar jika mereka termotivasi untuk belajar. Dengan demikian maka guru
perlu mengenal cara-cara untuk memotivasi belajar siswa agar
pembelajaran tetap berlangsung seperti yang diinginkan guru.
Begitu
pula dengan pemberian tugas semisal PR, tugas sebisa mungkin jangan
membebani siswa diluar batas kemampuannya. Tugas yang terlalu
memberatkan justru melemahkan motivasi siswa untuk menyelesaikannya,
akhirnya siswa memilih untuk tidak mengerjakan tugas tersebut.
Menghadapi siswa yang tak mengerjakan PR terkadang pendidik cepat
tersulut emosi, sehingga terburu-buru memutuskan bentuk hukuman. Hukuman
yang paling lazim adalah dijemur menghormat bendera, berlari keliling
lapangan, push up atau menghukum siswa berdiri di depan kelas sepanjang
jam pelajaran berlangsung. Hukuman yang hanya bersifat fisik jauh dari
kesan mendidik, hukuman seperti ini harus dijauhi oleh guru.
Sanksi Mendidik
Sebagai
lembaga pendidikan, maka semua proses didalamnya haruslah mengandung
unsur mendidik, sekolah bukan lembaga peradilan yang bertugas memberi
hukuman pada siswa yang divonis bersalah. Oleh karena itu segala sesuatu
yang dilakukan oleh sekolah haruslah dimaknai sebagai bagian dari
proses pendidikan, termasuk didalamnya ketika harus memberikan sanksi
pada peserta didik yang melanggar.
Bagaimanapun juga siswa yang
bersalah harus tetap diberi sanksi supaya menimbulkan efek jera, baik
bagi siswa bersangkutan ataupun siswa lainnya. Oleh karena itu, memberi
hukuman yang mendidik bukanlah hal yang sederhana. Disatu sisi, hukuman
harus ‘membebani’ agar menjadi efek jera, tapi disisi lain harus tetap
memiliki muatan pendidikan.
Tegur, Jangan Mencela
Bentuk hukuman yang paling sering
dilakukan adalah dengan cara memberi teguran. Cara ini dirasa lebih baik
jika dibanding dengan kecaman, bentakan ataupun sindiran, selain itu
cara ini juga lebih mendidik. Celaan terhadap siswa harus dihindari oleh
guru, karena memungkinkan akan menerbitkan rasa putus asa siswa
sehingga membunuh motivasi belajarnya.
Penugasan untuk tanamkan rasa tanggung jawab
Cara lain yang bisa
digunakan adalah dengan memberi penugasan, hukuman ini dapat menjadi
alternatif bagi siswa yang tidak mengerjakan PR, lupa membawa buku
tugas, perbaikan nilai setelah remidi lebih dari 2 kali dan sebagainya.
Penugasan pun harus diberikan dengan banyak variasi, hal ini untuk
menghindari kebosanan siswa terhadap tugas yang diberikan. Intensitas
tugas juga harus menjadi perhatian, jangan terlalu sering, jangan pula
terlalu jarang.
Menulis untuk melatih argumen
Bentuk hukuman lain yang dapat digunakan adalah
‘menulis’. Daripada meminta siswa menulis satu kalimat secara
berulang-ulang, rasanya lebih bermanfaat jika guru meminta siswa membaca
buku diperpustakaan dan mengumpulkan resensinya, mencari informasi
tertentu di internet, membuat kliping tentang suatu tema dari Koran atau
majalah dsb.
Hukuman yang baik juga tak boleh mempermalukan
harga diri siswa yang membuat kesalahan. Hukuman yang mempermalukan
siswa jika tak terkelola akan menyulut dendam yang justru berpotensi
membuat siswa melakukan kesalahan yang lebih besar.
Jadi dalam
pembelajaran di kelas guru dapat memberikan hukuman yang mendidik kepada
siswa supaya selain membuat efek jera tetapi juga siswa mendapatkan
manfaat positif dari hukuman tersebut, sehingga dapat lebih meningkatkan
motivasi belajar dan nantinya meningkatkan juga hasil belajar.
Akan
tetapi, jika kesalahan siswa dapat diperbaiki tanpa hukuman tentu akan
lebih baik, karena tujuan utama memberi sanksi adalah agar siswa tak
mengulangi lagi kesalahan yang sama. Namun yang pasti, jika harus
dihukum, apapun bentuknya hukuman tak boleh mematikan motivasi belajar
siswa.
Artikel ini pernah terbit di portal kesekolah.com pada 9 September 2013 Mahya MediaMaret 12, 2019AdminBandung Indonesia
Siang terasa terik, panas matahari terasa perih membakar kulit, beberapa
anak terlihat berjejer di depan sebuah kelas, menghadap ke tiang
bendera. Sesekali...