Toha Nasr

Editor | Penulis | Buku | Kopi

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Pramoedya Ananta Toer

Begini Cara Memanfaatkan Film dalam Proses Pembelajaran di Kelas

Dasanya saya memang suka menonton film animasi, sehingga saya tahu betul cerita tentang makhluk kuning dengan suara tawa menyebalkan ini. Siswa pun rasanya tak ada yang tidak tahu siapa itu Spongebob, Film serial animasi Spongebob Squarepant ini amat digandrungi. Film animasi ini diciptakan oleh Stephen Hillenburg (animator sekaligus ahli biologi laut), film ini menginspirasi saya untuk mencipatakan pembelajaran IPA yang berbeda. 
 
Saya merasa perlu menciptakan pembelajaran yang berbeda pada materi Klasifikasi Hewan. Materi yang bersifat abstrak seperti ini biasanya amat sulit dipahami oleh siswa. Bersifat abstrak karena siswa jarang menemukan dan melihat secara langsung hewan yang dijadikan contoh dalam materi klasifikasi. Pemilihan Spongebob dan kawan-kawannya di Bikini Bottom, sebenarnya adalah upaya saya untuk lebih mendekatkan materi ini dengan keseharian siswa, terlebih hampir tak ada siswa saya yang tak menonton film ini.
 
Film Spongebob Squarepants sendiri menceritakan tentang kehidupan makhluk laut dengan tokoh utama Spongebob. Makhluk kotak bewarna kuning ini terkesan konyol, lucu memiliki sifat ceria, optimis dan selalu berprasangka baik kepada teman-temannya. Kalau kita mencermati tokoh-tokoh dalam film ini sebagian besar adalah contoh dari spesies invertebrata. Bahkan Spongebob yang menjadi tokoh utama dalam film ini merupakan contoh spesies dari Filum Porifera. Selain itu terdapat Mr. CrabsPattrickSquidword dan Jelly Fish yang merupakan contoh spesies invertebrata filum ArthropodaEchinodermataMollusca dan Cnidaria.
 
Meskipun tak mencakup semua makhluk hidup yang ada, namun beberapa tokoh dalam film itu cukuplah mewakili.  Saya kemudian mulai merancang pembelajaran, menyusun LKS dan skenario pembelajaran. Saya membagi siswa kedalam 8 kelompok (masing-masing 5 orang), kemudian saya membagi LKS  yang berisi gambar tokoh spongebob beserta gambar asli mereka di alam, serta informasi singkat yang penting untuk mereka ketahui. tugas mereka adalah memasangkan ketiga bagian gambar tersebut, satu nomor harus berisi 1) gambar tokoh animasi, 2) bentuk nyata mereka di alam dan 3) informasi singkat tentang mereka.
 
Saya senang melihat siswa begitu antusias, mereka mencocok-kan satu-persatu gambar dan informasi yang telah disediakan, maka hampir tak ada siswa yang pasif menunggu temannya bekerja, semua anggota kelompok terlibat aktif.
 
Pearl itu bukan ikan, tapi mamalia!” kata seorang siswa
Mana mungkin, hewan mamalia nya hanya sandy” jawab salah seorang siswa di kelompoknya
Saya tersenyum, lalu memberi mereka sebuah petunjuk, sisanya saya biarkan mereka mencari sendiri jawabannya.
Ooo sekarang aku baru tahu kenapa plankton sangat takut pada pearl” kata seorang siswa di sudut kelas.
Ternyata si Kevin itu seekor timun laut, memang ada ya hewan jenis itu?”
Spongebob aslinya mirip tumbuhan ya? Kirain cuma spons pencuci piring, hahaha
 
Saya cukup puas, ternyata siswa saya dapat belajar IPA dari film animasi favorit mereka, dan tentu saja menyenangkan mereka yang  akhirnya tahu, jika Spongebob (Porifera), Patrick(Echinodermata), Squidward (Molusca), Mr. Krab (Arthropoda) dan Gerry (Molusca) termasuk kedalam kelompok hewan invertebrata (tak bertulang belakang), sedangkan Don (Pisces), Mrs Puff (Pisces), Pearl (Mammalia), Sandy (Mammalia) tergabung kedalam kelompok vertebrata (hewan bertulang belakang).

Bagaimana Seharusnya Guru Memberikan Hukuman?

Siang terasa terik, panas matahari terasa perih membakar kulit, beberapa anak terlihat berjejer di depan sebuah kelas, menghadap ke tiang bendera. Sesekali mereka mengusap keringat yang mengucur membasahi wajah.
"Anak-anak malas, selalu ada alasan tak mengerjakan PR" kata seorang rekan yang baru saja keluar dari kelas yang ada dibelakang anak-anak malang tadi.
***

Adegan film Taare Zameen Par

Bagaimana seharusnya seorang guru memberikan hukuman? Guru, sudah sewajarnya paham akan pentingnya motivasi belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai fasilitator proses belajar mengajar amat perlu mempertahankan semangat belajar siswa. Terbukti siswa hanya akan giat belajar jika mereka termotivasi untuk belajar. Dengan demikian maka guru perlu mengenal cara-cara untuk memotivasi belajar siswa agar pembelajaran tetap berlangsung seperti yang diinginkan guru.

Begitu pula dengan pemberian tugas semisal PR, tugas sebisa mungkin jangan membebani siswa diluar batas kemampuannya. Tugas yang terlalu memberatkan justru melemahkan motivasi siswa untuk menyelesaikannya, akhirnya siswa memilih untuk tidak mengerjakan tugas tersebut. Menghadapi siswa yang tak mengerjakan PR terkadang pendidik cepat tersulut emosi, sehingga terburu-buru memutuskan bentuk hukuman. Hukuman yang paling lazim adalah dijemur menghormat bendera, berlari keliling lapangan, push up atau menghukum siswa berdiri di depan kelas sepanjang jam pelajaran berlangsung. Hukuman yang hanya bersifat fisik jauh dari kesan mendidik, hukuman seperti ini harus dijauhi oleh guru.



Sanksi Mendidik

Sebagai lembaga pendidikan, maka semua proses didalamnya haruslah mengandung unsur mendidik, sekolah bukan lembaga peradilan yang bertugas memberi hukuman pada siswa yang divonis bersalah. Oleh karena itu segala sesuatu yang dilakukan oleh sekolah haruslah dimaknai sebagai bagian dari proses pendidikan, termasuk didalamnya ketika harus memberikan sanksi pada peserta didik yang melanggar.

Bagaimanapun juga siswa yang bersalah harus tetap diberi sanksi supaya menimbulkan efek jera, baik bagi siswa bersangkutan ataupun siswa lainnya. Oleh karena itu, memberi hukuman yang mendidik bukanlah hal yang sederhana. Disatu sisi, hukuman harus ‘membebani’ agar menjadi efek jera, tapi disisi lain harus tetap memiliki muatan pendidikan.


Tegur, Jangan Mencela

Bentuk hukuman yang paling sering dilakukan adalah dengan cara memberi teguran. Cara ini dirasa lebih baik jika dibanding dengan kecaman, bentakan ataupun sindiran, selain itu cara ini juga lebih mendidik. Celaan terhadap siswa harus dihindari oleh guru, karena memungkinkan akan menerbitkan rasa putus asa siswa sehingga membunuh motivasi belajarnya.

Penugasan untuk tanamkan rasa tanggung jawab

Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan memberi penugasan, hukuman ini dapat menjadi alternatif bagi siswa yang tidak mengerjakan PR, lupa membawa buku tugas, perbaikan nilai setelah remidi lebih dari 2 kali dan sebagainya. Penugasan pun harus diberikan dengan banyak variasi, hal ini untuk menghindari kebosanan siswa terhadap tugas yang diberikan. Intensitas tugas juga harus menjadi perhatian, jangan terlalu sering, jangan pula terlalu jarang.

Menulis untuk melatih argumen

Bentuk hukuman lain yang dapat digunakan adalah ‘menulis’. Daripada meminta siswa menulis satu kalimat secara berulang-ulang, rasanya lebih bermanfaat jika guru meminta siswa membaca buku diperpustakaan dan mengumpulkan resensinya, mencari informasi tertentu di internet, membuat kliping tentang suatu tema dari Koran atau majalah dsb.

Hukuman yang baik juga tak boleh mempermalukan harga diri siswa yang membuat kesalahan. Hukuman yang mempermalukan siswa jika tak terkelola akan menyulut dendam yang justru berpotensi membuat siswa melakukan kesalahan yang lebih besar.

Jadi dalam pembelajaran di kelas guru dapat memberikan hukuman yang mendidik kepada siswa supaya selain membuat efek jera tetapi juga siswa mendapatkan manfaat positif dari hukuman tersebut, sehingga dapat lebih meningkatkan motivasi belajar dan nantinya meningkatkan juga hasil belajar.

Akan tetapi, jika kesalahan siswa dapat diperbaiki tanpa hukuman tentu akan lebih baik, karena tujuan utama memberi sanksi adalah agar siswa tak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Namun yang pasti, jika harus dihukum, apapun bentuknya hukuman tak boleh mematikan motivasi belajar siswa.


Artikel ini pernah terbit di portal kesekolah.com pada 9 September 2013
Back To Top